Alasan Jokowi Mengadakan Pilkada Di Tengah Pandemi , Motif Politik Dan Ekonomi?

Alasan Jokowi Mengadakan Pilkada – Entah kenapa Jokowi sangat ngotot untuk mengadakan pilkada yang akan diadakan pada bulan Desember 2020 ditengah kasus pandemi yang sedang menimpa Indonesia saat ini.

Alasan Jokowi Mengadakan Pilkada

Padahal beberapa ahli kesehatan sudah memberikan saran untuk menunda pesta demokrasi tersebut. Selain itu dua organisasi Islam terbesar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga meminta kepada Jokowi untuk menunda pilkada hingga kondisi membaik.

Namun tampaknya usulan tersebut tidak didengarkan sama sekali oleh Jokowi untuk tetap mengadakan sbobet pilkada. Anak sulung Jokowi yaitu Gibran Rakambuming Raka, maju sebagai calon Wali Kota Solo, Jawa Tengah. Sedangkan menantunya, Bobby Nasution, menjadi calon Wali Kota Medan, Sumatera Utara.

Namun tentunya Jokowi melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurut saya , alasan Jokowi mengadakan pilkada di tengah maraknya kasus pandemi saat ini karena motif ekonomi dan juga politik Indonesia. Penasaran dengan penjelasannya? Kita simak di bawah ini.

Motif Ekonomi

Kasus corona yang datang ke Indonesia beberapa bulan lalu membuat negara Indonesia sangat terpukul di berbagai sektor. Salah satu sektor yang terkena pukulan sangat berat adalah ekonomi.

Seperti yang kita ketahui , pilkada memang sangat baik dari sisi ekonomi. Sang pelaku politik selalu menyuntikkan anggaran untuk masyarakat , baik itu legal seperti persiapan logistik pemilu ataupun illegal dengan memperjual belikan suara .

Alasan Jokowi Mengadakan Pilkada

Selain menyuntikkan dana segala kepada masyarakat , alasan lainnya yaitu pilkada itu sendiri. Di masa pandemi saat ini pemerintah sudah mengeluarkan banyak sekali anggaran untuk membeli alat pelindung selama pemilihan nanti. Setidaknya sudah ada lebih dari 20 triliun yang sudah dikeluarkan pemerintah untuk hal tersebut.

Jika nantinya pilkada tersebut dibatalkan , maka tentunya pemerintah akan mengeluarkan dana yang lebih besar lagi yang tentunya bisa merugikan ekonomi bangsa Indonesia.

Motif Politik

Pemerintah mengatakan jika alasan tetap mengadakan pilkada adalah suatu larangan jika menunda pilkada yang melanggar hak konstitusi rakyat untuk memilih dan akan berakibat pada kosongnya pemimpin di tingkat daerah.

Namun kenyataannya tidaklah begitu. Menunda pemilu bukan berarti melanggar hak konstitusional rakyat untuk memilih , melainkan pemilu masih tetap ada dan dilaksanakan setelah membaiknya pandemi di Indonesia.

Alasan Jokowi Mengadakan Pilkada

Selain itu alasan lain dari pemerintah untuk tetap mengadakan pemilu adalah melihat beberapa negara tetangga seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan yang tetap mengadakan jp 789 pemilu. Hal ini pun sangat fatal karena beberapa alasan.

Untuk Korea Selatan , kasus pandemi pada negara tersebut sudah semakin membaik. Jadi tidak menjadi masalah jika mereka mengadakan pilkada karena sudah terkontrol dengan sangat baik. Berbeda dengan Indonesia yang masih banyak sekali kasus covid-19.

Sedangkan untuk Amerika Serikat , masa jabatan presiden yang sangat singkat menjadi alasan mereka tetap mengadakan pesta demokrasi tersebut. Presiden Amerika Serikat hanya diberikan waktu 4 tahun untuk menjabat , belum lagi ditambah dengan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat yang membutuhkan waktu yang sangat lama.

Kebijakan Politik Jokowi Saat Pandemi

Berawal dari pengusaha furnitur hingga menjadi walikota Solo lalu Gubernur Jakarta dan sekarang telah menjadi orang nomor satu di indonesia yaitu sebagai Presiden Indonesia, Joko Widodo terjebak pada pendekatan yang sama untuk urusan politik.

Ini telah terbukti menjadi formula pemilihan yang sangat sukses, sebagian karena bakat alaminya sebagai salesman politik, dan sebagian karena politisi terkemuka lainnya telah dilakukan begitu parah sehingga perbaikan inkremental ini tampak lebih revolusioner daripada yang semestinya.

Triliun Anggaran Latihan Prakerja Diminta Oleh Nasdem Untuk Bansos Korban PHK

Sejak 26 Februari 2020, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan peraturan 36 Tahun 2020; Pengembangangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja. Program ini menjadi salah satu program pengaman social untuk para pencari kerja. Mereka yang menerima Kartu Prakerja mendapat bantuan biaya agar mengikuti program pelatihan.

Triliun Anggaran Latihan Prakerja

Covid-19  yang akhir – akhir ini sedang terjadi diseluruh dunia, membuat banyak hal terjadi pada social dan ekenomi. Pelaksaan program Kartu Prakerja adalah salah satu bentuk social yang dari negara untuk masyarakat terkena dampak pandemi.

Triliun Anggaran Latihan Prakerja

11 April 2020 pelaksanaan program Pelatihan Prakerja ini mengalokasikan dana sebesar Rp 20 Triliun. Hal ini di anggap tidak pantas dalam implementasi karena judi slot terbaik dan terpercaya terlalu besar untuk program pelatihan tersebut. Dana sebesar itu dipandang akan lebih tepat jika digunakan untuk bantuan langsung kepada rakyat agar dapat menambah juga jumlah target penerima bantuan. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Kartu Prakerja tersebut diutamakan bagi mereka yang terkena PHK.

Program pelatihan ini tetap penting untuk dijalani, namun perlu disesuaikan juga situasi serta kondisi yang terjadi sekarang ini akibat Covid-19, bukannya malah menjadi keributan dan berpotensi dalam terbentuknya penyelewengan baru. Karena biasanya memang naluri manusia akan benar – benar keluar disaat keadaan mendesak. Jadi tidak heran jika memang akan banyak oknum yang ada disaat mendesak seperti sekarang ini.

Triliun Anggaran Latihan Prakerja

Pelatihan ini diminta untuk diberhentikan sementara waktu karena  pelatihan tersebut rawan akan penyelewengan. Maka dari itu DPP Partai Nasdem mendesak agar fasilitas pelatihan dialihkan menjadi bantuan yang terkena wabah, apalagi yang mengalami PHK. Partai Nasdem juga mengharapkan agar program Kartu Prakerja tersebut lebih terarah.

Maka dari itu pada saat pelaksanaan, program Kartu Prakerja harus dipertimbangkan dari assessment Kementrian Tenaga Kerja sebagai pihak yang kompeten terkait data ketenagakerjaan. Assessment tersebut penting dalam akurasi sasaran dan semakin persisi. Evaluasi menjadi penting agar selama pelaksanaan kedepannya semakin akuntabel, tepat sasaran, dan dapat diukur keberhasilannya.